Senin, 27 Oktober 2014

LAPORAN UJI AMILASE



UJI AMILASE
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

Disusun oleh:
Nenden Nur Apriliyanti
(12542019)
Shinta Destriawati
(12542023)
Feni Sentana Pratama
(12542031)`
Lina Hermayanti
(12542049)


Program studi Pendidikan Biologi S-1
Semester/Kelas
5/3-C



 

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GARUT
2014


A.     JUDUL
Uji amilase
B.      TUJUAN
1.    Mengamati kerja enzim amilase ludah
2.    Mengamati pengaruh suhu terhadap kerja enzim amilase

C.   ALAT DAN BAHAN
·         Alat
-          Tabung reaksi 6 buah                          
-          Gelas kimia
-          Penangas air
-          Pipet ukur
-          Pengaduk
-          Termometer
-          Penjepit kayu
-          Cawan
-          Gelas ukur
·         Bahan
-          Saliva yang telah disaring
-          Larutan pati 5 ml
-          Larutan benedict 2 tetes ( dalam setiap tabung )
-          air 100 ml
D.  CARA KERJA
A.    Campuran pati+ saliva yang tidak dipanaskan
1.      Mengisi  tabung reaksi 1-6 dengan 5 ml larutan pati
2.      Memasukkan saliva 15 tetes yang telah disaring kedalam larutan  pati
3.      Dengan interval waktu 10 menit
4.      Campuran no.2 dipanaskan selama 5 menit
5.      Mencatat perubahan warna yang terjadi
6.   Tambahkan 2 tetes larutan benedict
7.      Mengamati perubahannya setelah didinginkan

B.       Campuran pati + saliva yang terlebih dahulu dipanaskan
1.      Mengisi  tabung reaksi 1-6 dengan 5 ml larutan pati
2.      Memasukkan saliva 15 tetes yang telah disaring ke dalam larutan pati
3.      Dengan interval waktu 10 menit
4.      Campuran no.2 dipanaskan selama 5 menit
5.      Mencatat perubahan warna yang terjadi
6.      Tambahkan 2 tetes larutan benedict
7.      Mengamati perubahannya setelah didinginkan



E.        LANDASAN TEORI

Amilase saliva adalah enzim yang terdapat dalam air ludah. Enzim ini bekerja pada pati dan dekstrin (atau juga Glikogen ) dan mengubahnya menjadi maltosa, dengan hasil antara amilo dekstrin, eritrodekstrin, dan aktrodekstrin. Sekitar 1500 air liur disekresi per hari.pH saliva saat kelenjar istirahat sedikit lebih rendah dari 7,0, tetapi selama sekresi aktif, pHnya mencapai 8,0. Air liur mengandung dua enzim pencernaan: lipase lingual, yang disekresi oleh kelenjar di lidah, dan α-amilase saliva, yang disekresi oleh kelenjar-kelenjar saliva. Saliva juga mengandung musin, yaitu glikoprotein yang melumasi makanan, mengikat bakteri, dan melindungi mukosa mulut.Saliva juga mengandung immunoglobulin sekretorik IgA; lisozim, yang menyerang dinding kuman; laktoferin, yang mengikat besi dan bersifat bakteriostatik; dan protein kaya-plorin yang melindung email gigi dan mengikat tannin yang toksik.
Saliva mempunyai sejumlah fungsi penting, antara lain memudahkan kita menelan, mempertahankan kelembaban mulut, bekerja sebagai pelarut molekul yang merangsang indera pengecap, membantu proses bicara dengan memudahkan pergerakan bibir dan lidah, dan mempertahankan kebersihan mulut dan gigi. Saliva juga mempunyai daya antibakteri, dan penderita defisiensi salivasi (xerostomia) mempunyai insidens karies gigi yang lebih tinggi daripada normal. Sistem dapar saliva membantu mempertahankan pH mulut sekitar 7,0. Sistem ini juga membantu menetralkan asam lambung dan menghilangkan nyeri ulu hati (heartburn) bila getah lambung mengalami regurgitasi ke dalam esophagus.
Komposisi ion air liur sangat bervariasi dari spesies ke spesies dan dari kelenjar ke kelenjar. Akan tetapi, umumnya saliva yang disekresi di dalam asini mungkin isotonik, dengan konsentrasi Na+, K+, Cl-, dan HCO3- yang mirip dengan komposisi plasma. Duktus ekskretorius dan mungkin duktus interkalaris yang bermuara ke dalam duktus ekskretorius memodifikasi komponen saliva dengan mengambil Na+ dan Cl- dan menambahkan K+ dan HCO3-. Duktus tersebut relative impermeable terhadap air. Jadi, pada aliran saliva yang lambat, saliva yang sampai ke mulut bersifat hipotonik, sedikit asam, dan kaya akan K+ tetapi relatif kurang Na+ dan Cl-. Jika aliran saliva cepat, komposisi ion tidak memiliki cukup waktu untuk berubah di dalam duktus.Akibatnya, meskipun pada manusia tetap bersifat hipotonik, saliva lebih cenderung isotonik, dengan konsentrasi Na+ dan Cl- yang lebih tinggi. Aldosteron meningkatkan konsentrasi K+ dan menurunkan konsentrasi Na+ saliva dengan kerja yang analog seperti kerja hormone di ginjal, dan terlihat rasio Na+/K+ saliva yangtinggi bila jumlah aldosteron berkurang pada penyakit Addison.
Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis, selain itu juga ada beberapa kelenjar bukalis yang sangat kecil. Sekresi saliva normal harian berkisar 800-1500 ml. Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama : (1) Sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu α-amilase), yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat, dan (2) Sekresi mucus yang mengandung musin untuk tujuan perlindungan dan pelumasan. Kelenjar parotis hampir seluruhnya menyekresi tipe serosa, sementara kelenjar submandibularis dan sublingualis menyekresi mucus dan serosa.Kelenjar bukalis hanya menyekresi mucus. Saliva mempunyai pH antara 6,0-7,0; suatu kisaran yang menguntungkan untuk kerja pencernaan dari ptialin.
F. Hasil Praktikum


Perubahan warna

Waktu
240C
370c – 380C
>800C
51
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna hijau kekuningan
52
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna hijau kekuningan
53
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna hijau kekuningan
54
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna kuning pekat
55
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna oren pekat
56
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna oren pekat
57
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna oren pekat
58
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna oren pekat
59
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna oren pekat dan dibagian bawah tidak berwarna (bening)
510
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna biru pekat
Larutan berwarna oren pekat dan dibagian bawah tidak berwarna (bening)

G.PEMBAHASAN

Didalam mulut terdapat 3 kelenjar ludah, yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis.Ketiga kelenjar tersebut menghasilkan saliva yang mengandung enzim amilase. Saat amilum bereaksi dengan enzim amilase, maka enzim tersebut akan memecah amilum menjadi maltosa. Dan untuk melihat adanya monosakarida dan gula reduksi maka dalam percobaan ini digunakan uji benedict. Apabila positif maka larutan akan berubah warna menjadi merah bata atau terbentuk endapan merah bata (orange).
Pada percobaan ini mula-mula ke-6 tabung reaksi yang masing-masing diisi pati sebanyak 5ml di diamkan selama 10 menit.selanjutnya ke-6 tabung reaksi tersebut ditambahkan saliva sebanyak 15 tetes dan larutan benedict 2 tetes di panaskan dengan suhu yang berbeda.2 tabung dengan suhu 240C,2 tabung dengan suhu 37-38oC dan 2 tabung dengan suhu >80oC.
 Pada percobaan A,2 tabung reaksi yang sebelumnya diisi dengan pati ditambah dengan 2 tetes larutan bebedict dan 15 tetes larutan saliva dengan suhu 24oC kedua tabung tidak mengalami perubahan warnabegitupun pada 5menit ke 2-10  hanya menambahkan 2 tetes larutan benedict. Pada percobaan B,2 tabung reaksi yang sebelumnya diisi dengan pati ditambah dengan 2 tetes larutan bebedict dan 15 tetes larutan saliva dengan suhu 37-38oC kedua tabung tidak mengalami perubahan warnapada 5menit 1-5 tetapi pada 5 menit ke2-5 hanya menambahkan 2 tetes benedict,akan tetapi pada 5menit ke-6  dengan perlakuan yang sama ( hanya menambahkan 2 tetes benedict )mengalami perubahan warna menjadi tidak terlalu pekat begitupun pada 5 menit ke 7-10. Pada percobaan C dengan suhu > 80oC. Pada 5menit pertama  kedua tabung  mengalami perubahan warna menjadi hijau kekuningan begitupun pada 5menit ke 2 dan 3 dengan perlakuan yang sama ( hanya menambahkan 2 tetes benedict ) akan tetapi pada 5menit ke 4-8dengan perlakuan yang sama ( hanya menambahkan 2 tetes benedict )  mengalami perubahan warna menjadi hijau kekuningan lebih pekat dan pada 5menit ke 9-10dengan perlakuan yang sama ( hanya menambahkan 2 tetes benedict )   mengalami perubahan warna menjadi oren pekat dan di bawahnya terdapat warna bening.
Seharusnya pada percobaan ini, 2 tabung  yang tidak dipanaskan dengan suhu 240C  mengalami perubahan warna menjadi bening ( percobaan A ) , 2 tabung yang di panaskan dengan suhu 37-380C mengalami perubahan warna akan tetapi praktikum kita hanya mengalami perubahan warna pada menit ke-6  menjadi biru pudar ( percobaan B ), 2 tabung yang dipanaskan dengan suhu >80 derajat tidak mengalami perubahan apapun  ( percobaan C ), itu disebabkan karena praktikum yang kita lakukan dipengaruhi oleh beberapa macam factor yaitu terlalu banyak menggunakan benedict, menggunakan air saliva dari orang yang berbeda.



H.    KESIMPULAN
Enzim amilase dapat bekerja optimal pada pH optimumnya, yaitu sekitar pada pH 7 dan sekitarnya. Enzim akan berkurang laju reaksinya atau akan rusak pada pH yang ekstrim, yang di bawah pH 4,0 dan di atas pH 10. Aktivitas enzim amilase dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah perubahan pH, suhu, pelarut organik, dan yang menyebabkan denaturasi protein.
I.LAMPIRAN
         
   













 
J. Daftar Pustaka
Mineminecute.Aktivitas enzym amilase. 2012. [online[.Tersedia : http://mineminecute.wordpress.com/2012/12/07/aktifitas-enzim-amilase/ [ 27-10-2014].

Anonim.faktor-faktor yan mempengaruhi kerja enzym.2012. [online]. Tersedia :  http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/11/faktor-yang-mempengaruhi-kerja-enzim.html. [ 27-10-2014 ]
- See more at: http://ferrydwirestuhendra.blogspot.com/2013/07/laporan-praktikum-enzym_9627.html#sthash.oujSiTT0.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar