UJI
AMILASE
PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
Disusun
oleh:
Nenden
Nur Apriliyanti
|
(12542019)
|
Shinta
Destriawati
|
(12542023)
|
Feni
Sentana Pratama
|
(12542031)`
|
Lina
Hermayanti
|
(12542049)
|
Program studi Pendidikan Biologi
S-1
|
|
Semester/Kelas
|
5/3-C
|
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GARUT
2014
A.
JUDUL
Uji
amilase
B.
TUJUAN
1.
Mengamati kerja enzim amilase ludah
2.
Mengamati pengaruh suhu terhadap
kerja enzim amilase
C.
ALAT DAN BAHAN
· Alat
-
Tabung reaksi 6 buah
-
Gelas kimia
-
Penangas air
-
Pipet ukur
-
Pengaduk
-
Termometer
-
Penjepit kayu
-
Cawan
-
Gelas ukur
·
Bahan
- Saliva yang telah disaring
- Larutan pati 5 ml
- Larutan benedict 2 tetes ( dalam
setiap tabung )
- air 100 ml
D. CARA KERJA
A. Campuran pati+ saliva yang tidak dipanaskan
1. Mengisi tabung reaksi 1-6 dengan 5 ml larutan pati
2. Memasukkan saliva 15 tetes yang
telah disaring kedalam larutan pati
3. Dengan interval waktu 10 menit
4. Campuran no.2 dipanaskan selama 5
menit
5. Mencatat perubahan warna yang
terjadi
6. Tambahkan 2 tetes larutan benedict
7. Mengamati perubahannya setelah
didinginkan
B.
Campuran pati + saliva yang terlebih
dahulu dipanaskan
1. Mengisi tabung reaksi 1-6 dengan 5 ml larutan pati
2. Memasukkan
saliva 15 tetes yang telah disaring ke dalam larutan pati
3. Dengan interval waktu 10 menit
4. Campuran no.2 dipanaskan selama 5
menit
5. Mencatat perubahan warna yang
terjadi
6. Tambahkan
2 tetes larutan benedict
7. Mengamati perubahannya setelah
didinginkan
E. LANDASAN TEORI
Amilase saliva adalah enzim yang terdapat dalam air ludah.
Enzim ini bekerja pada pati dan dekstrin (atau juga Glikogen ) dan mengubahnya
menjadi maltosa, dengan hasil antara amilo dekstrin, eritrodekstrin, dan
aktrodekstrin. Sekitar 1500 air liur disekresi per hari.pH saliva saat kelenjar
istirahat sedikit lebih rendah dari 7,0, tetapi selama sekresi aktif, pHnya
mencapai 8,0. Air liur mengandung dua enzim pencernaan: lipase lingual, yang
disekresi oleh kelenjar di lidah, dan α-amilase saliva, yang disekresi oleh
kelenjar-kelenjar saliva. Saliva juga mengandung musin, yaitu glikoprotein yang
melumasi makanan, mengikat bakteri, dan melindungi mukosa mulut.Saliva juga
mengandung immunoglobulin sekretorik IgA; lisozim, yang menyerang dinding
kuman; laktoferin, yang mengikat besi dan bersifat bakteriostatik; dan protein
kaya-plorin yang melindung email gigi dan mengikat tannin yang toksik.
Saliva mempunyai sejumlah fungsi penting, antara lain
memudahkan kita menelan, mempertahankan kelembaban mulut, bekerja sebagai
pelarut molekul yang merangsang indera pengecap, membantu proses bicara dengan
memudahkan pergerakan bibir dan lidah, dan mempertahankan kebersihan mulut dan
gigi. Saliva juga mempunyai daya antibakteri, dan penderita defisiensi salivasi
(xerostomia) mempunyai insidens karies gigi yang lebih tinggi daripada normal.
Sistem dapar saliva membantu mempertahankan pH mulut sekitar 7,0. Sistem ini
juga membantu menetralkan asam lambung dan menghilangkan nyeri ulu hati
(heartburn) bila getah lambung mengalami regurgitasi ke dalam esophagus.
Komposisi ion air liur sangat bervariasi dari spesies ke
spesies dan dari kelenjar ke kelenjar. Akan tetapi, umumnya saliva yang
disekresi di dalam asini mungkin isotonik, dengan konsentrasi Na+, K+, Cl-, dan
HCO3- yang mirip dengan komposisi plasma. Duktus ekskretorius dan mungkin
duktus interkalaris yang bermuara ke dalam duktus ekskretorius memodifikasi
komponen saliva dengan mengambil Na+ dan Cl- dan menambahkan K+ dan HCO3-.
Duktus tersebut relative impermeable terhadap air. Jadi, pada aliran saliva
yang lambat, saliva yang sampai ke mulut bersifat hipotonik, sedikit asam, dan
kaya akan K+ tetapi relatif kurang Na+ dan Cl-. Jika aliran saliva cepat,
komposisi ion tidak memiliki cukup waktu untuk berubah di dalam
duktus.Akibatnya, meskipun pada manusia tetap bersifat hipotonik, saliva lebih
cenderung isotonik, dengan konsentrasi Na+ dan Cl- yang lebih tinggi.
Aldosteron meningkatkan konsentrasi K+ dan menurunkan konsentrasi Na+ saliva
dengan kerja yang analog seperti kerja hormone di ginjal, dan terlihat rasio
Na+/K+ saliva yangtinggi bila jumlah aldosteron berkurang pada penyakit
Addison.
Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis,
submandibularis, dan sublingualis, selain itu juga ada beberapa kelenjar
bukalis yang sangat kecil. Sekresi saliva normal harian berkisar 800-1500 ml.
Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama : (1) Sekresi serosa yang
mengandung ptialin (suatu α-amilase), yang merupakan enzim untuk mencernakan
karbohidrat, dan (2) Sekresi mucus yang mengandung musin untuk tujuan
perlindungan dan pelumasan. Kelenjar parotis hampir seluruhnya menyekresi tipe
serosa, sementara kelenjar submandibularis dan sublingualis menyekresi mucus
dan serosa.Kelenjar bukalis hanya menyekresi mucus. Saliva mempunyai pH antara
6,0-7,0; suatu kisaran yang menguntungkan untuk kerja pencernaan dari ptialin.
F.
Hasil Praktikum
|
|
Perubahan
warna
|
|
Waktu
|
240C
|
370c – 380C
|
>800C
|
51
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna hijau kekuningan
|
52
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna hijau kekuningan
|
53
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna hijau kekuningan
|
54
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna kuning pekat
|
55
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna oren pekat
|
56
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna oren pekat
|
57
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna oren pekat
|
58
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna oren pekat
|
59
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna oren pekat dan dibagian bawah tidak berwarna (bening)
|
510
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna biru pekat
|
Larutan
berwarna oren pekat dan dibagian bawah tidak berwarna (bening)
|
G.PEMBAHASAN
Didalam mulut terdapat 3 kelenjar ludah, yaitu kelenjar
parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis.Ketiga kelenjar tersebut
menghasilkan saliva yang mengandung enzim amilase. Saat amilum bereaksi dengan
enzim amilase, maka enzim tersebut akan memecah amilum menjadi maltosa. Dan
untuk melihat adanya monosakarida dan gula reduksi maka dalam percobaan ini
digunakan uji benedict. Apabila positif maka larutan akan berubah warna menjadi
merah bata atau terbentuk endapan merah bata (orange).
Pada percobaan ini mula-mula ke-6
tabung reaksi yang masing-masing diisi pati sebanyak 5ml di diamkan selama 10
menit.selanjutnya ke-6 tabung reaksi tersebut ditambahkan saliva sebanyak 15
tetes dan larutan benedict 2 tetes di panaskan dengan suhu yang berbeda.2
tabung dengan suhu 240C,2 tabung dengan suhu 37-38oC dan
2 tabung dengan suhu >80oC.
Pada percobaan A,2 tabung reaksi yang sebelumnya
diisi dengan pati ditambah dengan 2 tetes larutan bebedict dan 15 tetes larutan
saliva dengan suhu 24oC kedua tabung tidak mengalami perubahan warnabegitupun
pada 5menit ke 2-10 hanya menambahkan 2
tetes larutan benedict. Pada percobaan B,2 tabung reaksi yang sebelumnya diisi
dengan pati ditambah dengan 2 tetes larutan bebedict dan 15 tetes larutan
saliva dengan suhu 37-38oC kedua tabung tidak mengalami perubahan
warnapada 5menit 1-5 tetapi pada 5 menit ke2-5 hanya menambahkan 2 tetes
benedict,akan tetapi pada 5menit ke-6 dengan perlakuan yang sama ( hanya menambahkan
2 tetes benedict )mengalami perubahan warna menjadi tidak terlalu pekat
begitupun pada 5 menit ke 7-10. Pada percobaan C dengan suhu > 80oC.
Pada 5menit pertama kedua tabung mengalami perubahan warna menjadi hijau
kekuningan begitupun pada 5menit ke 2 dan 3 dengan perlakuan yang sama ( hanya
menambahkan 2 tetes benedict ) akan tetapi pada 5menit ke 4-8dengan perlakuan
yang sama ( hanya menambahkan 2 tetes benedict ) mengalami perubahan warna menjadi hijau
kekuningan lebih pekat dan pada 5menit ke 9-10dengan perlakuan yang sama (
hanya menambahkan 2 tetes benedict ) mengalami perubahan warna menjadi oren pekat
dan di bawahnya terdapat warna bening.
Seharusnya pada percobaan ini, 2
tabung yang tidak dipanaskan dengan suhu
240C mengalami perubahan
warna menjadi bening ( percobaan A ) , 2 tabung yang di panaskan dengan suhu
37-380C mengalami perubahan warna akan tetapi praktikum kita hanya
mengalami perubahan warna pada menit ke-6 menjadi biru pudar ( percobaan B ), 2 tabung
yang dipanaskan dengan suhu >80 derajat tidak mengalami perubahan
apapun ( percobaan C ), itu disebabkan
karena praktikum yang kita lakukan dipengaruhi oleh beberapa macam factor yaitu
terlalu banyak menggunakan benedict, menggunakan air saliva dari orang yang
berbeda.
H. KESIMPULAN
Enzim amilase
dapat bekerja optimal pada pH optimumnya, yaitu sekitar pada pH 7 dan
sekitarnya. Enzim akan berkurang laju reaksinya atau akan rusak pada pH yang
ekstrim, yang di bawah pH 4,0 dan di atas pH 10. Aktivitas enzim amilase
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah perubahan pH, suhu,
pelarut organik, dan yang menyebabkan denaturasi protein.
I.LAMPIRAN
J. Daftar Pustaka
Mineminecute.Aktivitas enzym amilase. 2012.
[online[.Tersedia :
http://mineminecute.wordpress.com/2012/12/07/aktifitas-enzim-amilase/ [
27-10-2014].
Anonim.faktor-faktor
yan mempengaruhi kerja enzym.2012. [online]. Tersedia : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/11/faktor-yang-mempengaruhi-kerja-enzim.html.
[ 27-10-2014 ]
-
See more at:
http://ferrydwirestuhendra.blogspot.com/2013/07/laporan-praktikum-enzym_9627.html#sthash.oujSiTT0.dpuf